BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
mempelajari ilmu Al-Quran, ada beberapa hal yang penting untuk
dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana Al-Quran itu dibukukan
pada masa khulafaur Rasyidin. Karena dengan mengetahui bagaimana prsoes
pengumpulan Al-Quran kita dapat mengerti bagaimana usaha-usaha para
sahabat untuk tetap memelihara Al-Quran.Allah menurunkan ayat Al-Quran
disesuaikan dengan kondisi zaman. Asbabun Nuzul dianggap sangat penting
oleh para ulama karena dapat memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan
akan menghilangkan keraguan dalam menafsirkannya.
Mempelajari
Al-Quran adalah kewajiban. Ada beberapa prinsip dasar untuk
memahaminya, khusus dari segi hubungan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan.
Atau dengan kata lain, mengenai “memahami Al-Quran dalam hubungannya
dengan ilmu pengetahuan. Dan alangkah baiknya sebelum mempelajari lebih
dalam ilmu-ilmu yang terkandung didalam Al-Quran, kita harus mengetahui
terlebih dahulu bagaimana sejarah dan awal mula Al-Quran diturunkan
kepada Nabi Muhammad, dan bagaimana manusia mampu menerjemahkan
hikmah-hikmah turunnya Al-Quran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nuzul Al-Quran?
2. Bagaimana proses nuzul Al-Quran (munajjjaman) dan hikmahnya?
3. Pengulangan (tikrar) turunnya sebagai ayat Al-Quran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nuzul Al-Quran
Ungkapan
asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Asbab,jamak dari sebab yang berarti sebab atau latar belakang. Sedangkan
nuzul merupakan bentuk masdar dari anzala yang berarti turun. Secara
etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi
terjadinya sesuatu.Pengertian asbab an-nuzul secara istilah adalah
sesuatu yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat, yang mencakup suatu
permasalahan dan menerangkan suatu hukum pada saat terjadi
peristiwa-peristiwa.Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh
para ulama, diantarnya:
1. Az-Zarqani :
Asbab
al-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya
dengan turunnya ayat Al-Quran sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa
itu terjadi.
2. Ash-Shabuni :
Asbab
al-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu
atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian
tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian
yang berkaitan dengan urusan agama.
3. Shubhi Shalih :
Asbab
al-Nuzul adlah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa
ayat Al-Quran, (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai
respons atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat
peristiwa itu terjadi.
4. Mana’ Al-Qhatan :
Asbab
al-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Quran
berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian
atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.
Setelah dikaji,sebab turunnya suatu ayat itu berikisar pada dua hal:
a) Jika terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur‟an mengenai peristiwa itu.
b) Bila Rasulullah S.A.W ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah Al-Qur‟an menerangkan hukumnya.
Bentuk-bentuk
peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Quran sangat beragam,
diantarany berupa : Konfli sosial seperti ketegangan yang terejadi
antara suku Aus dan suku Khazraj; Kesalahan besar, seperti kasus salah
seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keaadaan mabuk.Dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada
Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang
akan terjadi.
Persoalan
apakah semua ayat Al-Quran memiliki Asbab al-Nuzul telah menjadi
kontroversi dikalangan para ulama. Sebagian para ulama berpendapat bahwa
tidak semua ayat Al-Quran memiliki Asbab al-Nuzul. Sehingga, diturunkan
tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan ada pula ayat
Al-Quran itu diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh sesuatu, baik
peristiwa maupun pertanyaan yang diajukan kepada Nabi (ghair ibtida’).
Pendapat
tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang
mengatakan bahwa kesejaran Arabia pra-Quran pada masa turunnya Al-Quran
merupakan latar belakang makro Al-Quran; sementara riwayat-riwayat Asbab
al-Nuzul merupakan latar belakang mikronya.
Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Quran memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.
B. Proses Nuzul Al-Quran
1. Tahapan Penurunan Alquran
Di
dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an disebutkan bahwa turunnya
Al-Qur`an yang pertama kali pada malam lailatul qadr merupakan
pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari
malakat-malaikat. Sedangkan turunnya Al-Qur`an yang kedua kali secara
bertahap, berbeda dengan kitab yang turun sebelumnya, sangat mengagetkan
orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka
rahasia hikmah ilahi yang ada di balik itu.
a) Turunnya Alquran sekaligus
Allah Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia, yang artinya:
“(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qu`ran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil). karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S.
Al-Baqarah [2] : 185).
Dan firman-Nya, yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (Q.S Al-Qadr [97 :1).Dan firman-Nya pula, yang artinya:
“Dan
Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan
(Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata.” (Q.S.
Ad-Dukhan [44] : 3).
Ketiga
ayat di atas itu tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah
malam lailatul qadr dalam bulan Ramadhan. Tetapi lahir (zahir)
ayat-ayat itu bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan
Rasulullah saw., di mana Al-Qur`an turun kepadanya selama dua puluh tiga
tahun. Dalam hal ini, para ulama mempunyai dua mazhab pokok:
1) Mazhab
pertama, dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur` yaitu pendapat Ibn Abbas
dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya ulama.
Yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur`an dalam ketiga ayat di atas ialah
turunnya Al-Qur`an sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia agar para
malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al-Qur`an
diturunkan kepada Rasul kita Muhammad saw. secara bertahap selama dua
puluh tiga tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian
sejak ia diutus sampai wafatnya. Firman Allah, yang artinya : “Dan Al
Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra [17] : 106).
2) Mazhab
kedua, dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an yang diriwayatkan oleh
Asy-Sya’bi bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur`an dalam ketiga
ayat di atas ialah permulaan turunnya Al-Qur`an kepada Rasulullah saw.
Permulaan turunnya Al-Qur`an itu dimulai pada malam lailatul qadr di
bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi.
Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai
dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh
tiga tahun.
Dengan
demikian, Al-Qur`an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara
bertahap kepada Rasulullah saw., sebab yang demikian inilah yang
dinyatakan oleh Al-Qur`an, artinya : “Dan Al Quran itu telah Kami
turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan
kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra
[17] : 16).
Para penyelidik dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an menjelaskan
bahwa Rasulullah saw. pada mulanya diberi tahu dengan mimpi pada bulan
kelahirannya, yaitu bulan Rabi’ul Awwal. Pemberitahuan dengan mimpi itu
lamanya enam bulan. Kemudian ia diberi wahyu dalam keadaan sadar pada
bulan Ramadhan dengan Iqra`. Dengan demikian, maka nas-nas yang
terdahulu itu menunjukkan kepada satu pengertian.
3) Mazhab
ketiga, berpendapat bahwa Al-Qur`an diturunkan ke langit dunia selama
dua puluh tiga malam lailatul qadr, yang pada setiap malamnya selama
malam-malam lailatul qadr itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan
pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia
di malam lailatul qadr, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian
diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah saw. sepanjang
tahun. Mazhab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir. Pendapat ini
tidak mempunyai dalil.
Dengan demikian, secara spesifik Al-Qur`anul Karim itu dua kali diturunkan:
Pertama: diturunkan secara sekaligus pada malam lailatul qadr ke Baitul ‘Izzah di langit dunia.
Kedua: diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.
b) Turunnya Alquran secara bertahap
Al-Qur`an diturunkan secara bertahap ini dijelaskan di dalam banyak
buku, diantaranya seperti yang terdapat di dalam buku Studi Ilmu-Ilmu
Qur`an . Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang
yang memberi peringatan,Dengan bahasa Arab yang jelas. (Asy-Syuara:
192-195).
Ayat di atas menyatakan bahwa Al-Qur`anul Karim adalah kalam Allah
dengan lafalnya yang berbahasa Arab; dan bahwa Jibril telah
menurunkannya ke dalam hati Rasulullah saw.; dan bahwa turunnya ini
bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia. Tetapi yang
dimaksudkan adalah turunnya Al-Qur`an secara bertahap. Ungkapan untuk
arti menurunkan dalam ayat di atas menggunakan kata tanzīl bukannya
inzāl. Ini menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan
berangsur-angsur. Ulama bahasa membedakan antara inzāl dengan tanzīl.
Tanzīl berarti turun secara berangsur-angsur sedangkan inzāl hanya
menunjukkan turun atau menurunkan dalam arti umum.
Al-Qur`an
turun secara berangsur selama dua puluh tiga tahun: tiga belas tahun di
Mekkah menurut pendapat yang kuat, dan sepuluh tahun di Madinah.
Penjelasan tentang turunnya secara bernagsur-angsur itu terdapat dalam
firman Allah, yang artinya : “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan
dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra [17]
:106).
Maksudnya: Kami telah menjadikan turunnya Al-Qur`an itu secara
berangsur-angsur agar kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan
dan teliti dan Kami menurunkannya bagian demi bagian sesuai dengan
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian.
Menurut buku Studi Ilmu-Ilmu Qur` Adapun kitab-kitab samawi yang
lain, seperti Taurat, Injil, dan Zabur, turunnya sekaligus, tidak turun
secara berangsur-angsur. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh
firman-Nya, yang artinya : “Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa
Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah
supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil
(teratur dan benar).” (Q.S. Al-Furqan [25] : 32).
Ayat
ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu turun
sekaligus, dan inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh jumhur
ulama. Seandainya kitab-kitab terdahulu itu turun secara
berangsur-angsur, tentulah orang-orang kafir tidak akan merasa heran
terhadap Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur.
Penelitian terhadap hadits-hadits sahih menyatakan bahwa Al-Qur`an
turun menurut keperluan, terkadang turun lima ayat, terkadang sepuluh
ayat, terkadang lebih banyak dari itu atau lebih sedikit. Terdapat
hadits sahih yang menjelaskan sepuluh ayat telah turun sekaligus
berkenaan dengan berita bohong tentang Aisyah. Dan telah turun pula
sepuluh ayat dalam permulaan Surah Mukminun secara sekaligus.
kemudian diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai dengan
keperluan. Penerimaan wahyu Al-Qur`an ada di luar jangkauan penalaran
akal manusia. Selama empat belas abad yang silam tak ada seorang Rasul
yang muncul, dan memahami fenomena
wahyu kita semata-mata merujuk pada laporan authentic dari Nabi
Muhammad saw. dan orang-orang kepercayaan yang menyaksikan kehidupan
beliau.
Urutan
surah-surah tersebut secara umum disusun berdasarkan panjang-pendeknya,
bukan kronologinya. Salah satu alasan kenapa surah dalam Al-Qur`an
tidak disusun secara kronolgis adalah karena kapan tepatnya tiap ayat
diwahyukan tidak diketahui secara pasti. Di samping itu, banyak surah
Al-Qur`an yang terdiri atas ayat-ayat yang diturunkan pada waktu yang
berbeda sehingga penyusunan ayat Al-Qur`an secara kronolgis tidak
mungkin dilakukan tanpa memecah-mecah isi surah.
2. Hikmah Turunnya Alquran Berangsur-angsur
a. Agar
lebih mudah di mengerti dan di laksanakan. Orang akan enggan
melaksanakan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan
sekaligus. hal ini disebutkan oleh
Buhkari riwayat Aisyah ra.
b. Di
antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai
dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat di lakukan sekiranya Al Qur'an di
turunkan sekaligus. (Ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh
dan mansukh).
c. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.
d. Memudahkan
penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al
Qur'an tidak di turunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an
surat (25) Al Furqaan ayat 32,yaitu:
"Berkatalah
orang-orang yang kafir:"Mengapa Al Qur'an tidak di turunkan kepadanya
sekali turun saja?";demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)."
e. Di
antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau
penolakan suatu pendapat atau perbuatan,sebagai dikatakan oleh Ibnu
'Abas R.A. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur'an diturunkan
sekaligus.
3. Hikmah Turunnya Alquran secara bertahap
Dalam
buku Sejarah Al-Qur’an menjelaskan bahwa penurunan Al-Qur’an kepada
Nabi Muhammad Saw. secara bertahap selama di utusnya beliau sebagai
Rasul (23 tahun), memiliki banyak hikmah dan berbagai rahasia yang
terdapat di dalamnya, hal ini juga telah di pertegas oleh Allah dalam
firman-Nya, yang artinya: “Berkatalah orang-orang kafir: “Mengapa
Al-Qur’an itu tidak di turunkan kepadanya (Muhammad) sekali turun saja?
Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya”. (QS. Al-Furqan,
25:32).
“Dan
Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian”. (QS. Al-Isra, 17:106).
Kedua
ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an di turunkan secara
berangsur-angsur yang di dalamnya mengandung hikmah. Beberapa hikmah dan
rahasia penurunan Al-Qur’an secara bertahap sebagai berikut :
Pertama:
Untuk memperkuat hati dan jiwa Nabi Muhammad Saw. sebagaimana firman
Allah, “supaya Kami perkuat hatimu dengannya”. Hal ini di lihat dari
lima aspek, yaitu :
a) Sesungguhnya
dalam penurunan wahyu secara bergani-ganti dan berulang-ulangnya turun
malaikat (membawa Al-Qur’an) dari sisi Allah kepada Rasulullah Saw.
terdapat kegembiraan yang memenuhi hati beliau dan suka cita yang
melapangkan dadanya.
b) Sesungguhnya
penurunan sebagian demi sebagian ini meripakan kemudahan dari Allah
Swt. Guna menghafal dan memahami Al-Qur’an, mengetahuai ketentuan hukum
dan hikmahnya.
c) Sesungguhnya
pada setiap kali penurunan yang berangsur-angsur ini terdapat mukjizat
baru Nabi Saw. di mana beliau menantang para penentang dan orang-orang
yang keras kepala untuk mendatangkn hlmserupa dengan Al-Qur’an ini,
sehingga tampaklah kelemahan mereka dan tetaplah kebenaran Nabi Saw.
d) Sesungguhnya dalam memperkuat (hati) Nabi Sw. dan mematahkan kebatilan musuh-musuhnya yang berulang-ulang.
e)
Allah Swt. menjanjikan kepada Nabi-Nya ketika pertentangan dengan
musuh-musuhnya itu menyengat, dengan sesuatu yang melunakkan kekerasan
itu. (2005 : 10)
Kedua:
Penurunan Al-Qur’an secara berangsur-angsur berarti bertahap dalam
mendidik umat islam yang senantiasa tumbuh dan berkembang:
a) Mempermudah menghafal Al-Qur’an.
b) Mempermudah dalam pemahaman Al-Qur’an.
c) Bertahap dalam pembebanan kewajiban, seperti salat dan ibadah lainnya.
d) Bertahap dalam pensucian mereka dari akidah (keyakinan) yang batil, seperti syirik (menyekutukan Allah).
e) Bertahap dalam pensucian mereka dari adat istiadat kebiasaan jelek, yang telah melekat pada jiwa mereka.
f) Bertahap dalam mendidik mereka dengan adat kebiasaan yang terpuji dan mulia.
g) Memperkuat hati rang-orang mukmin dan mempersenjatainya dengan keteguhan, kesabaran dan keyakinan. (2005 : 12-13).
Ketiga: Mengikuti peristiwa dan perkembangan dalam pembaharuan dan perceraiannya.
a) Menjawab pertanyaan yang mereka (manusia) ajukan kepada Rasulullah Saw.
b) Mengantisipasi
masalah dan peristiwa-peristiwa pada masanya, sebagai penjelasan hukum
Allah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi.
c) Adanya keraguan yang merasuki dada orang-orang musyrik.
d) Memalingkan penglihatan kaum muslim dari kesalahan mereka dan mengemblikannya kepada kebenaran.
e) Menyingkap keadan orang-orang munafik dan mengoyak abir rahasia merek bagi Nabi Saw. danorang-orang muslim.
4. Hikmah penurunan Al-Qur’an secara bertahap sebagai berikut :
Pertama: mengukuhkan dan menenangkan hati dan pikiran Nabi Saw. ketika menolak atau membantah orang-orang Musyrik atau Yahudi.
a) Pengukuh dan penguat hati Nabi Muhammad Saw pembangkit semangatnya dan penghibur baginya.
b) Ayat turun kepadanya sebagai penghibur baginya, yang terkadang ayat tersebut melarangnya untuk bersedih hati dan berduka cita.
c) Memudahkan penghapalan dan pemahamannya bagi Nabi Muhammad Saw.
Kedua : berangsur-angsur dalam mendidik umat, baik agama, akhlak, social kemasyarakatan, akidah, ilmu, maupun perbuatan.
a) Bertahap atau berangsur-angsur dalam melepskn akidah yang rusak, kebiasaan dan kemunkaran yang dapat menghncurkan atau terkutuk.
b) Bertahap dalam menetapkan akidah atau keyakinan yang benar, aturan peribdahan, mlih, tata krama, dan akhlak terpuji.
c) Memudahkan penghapalan dan pemahaman bagi umat.
d) Menguatkan
hati orang-orang mukmin dan membiasakan mereka untuk bias menceritakan
tentang kisah Nabi-nabi terdahulu dari masa ke masa, serta mengingatkan
mereka bahwa pertolongan di sertai dengn keteguhn dan kesabaran.
Ketiga:
berkesusaian dengan berbagai kejadian, situasi, dan kondisi, yang
diisyratkan oleh firman-Nya, yang artinya:“Tidakkah orang-orang kafir
itu datang kepadmu (membawa) sesuau yang ganjil, melainkan Kami
datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya
(QS. Al-Furqan: 33)”.
Hikmah yang ketiga ini, mencakup:
a) Penjelasan aturan Allah Swt. dalam ketetapan-ketetapan (al-aqdhiyah) dan kejadian-kejadian (al-waqa’i) di antara kaum muslimin.
b) Sebagai
jawaban terhadap pertanyaan yang di lonarkan kepada Nabi Muhammad, baik
berupa pertanyaan untuk mengukuhkan dan menguatkan misinya maupun
berupa permohonan peunjuk dan keingintahuan terhadap sesuatu.
c) Merupakan
teguran bagi kaum muslimin terhadap kesalahan dan kekhilafan mereka
serta merupakan peringatan terhadap kebiasaan-kebiasaan dan
keterperosokan dalam perbuatan salah.Peringatan bagi orang-orang muslim
terhadap orang-orang munafik dan pengungkapan kejelekan jiwa mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asbab
An-Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya
ayat Alquran. Ayat tersebut dalam rangka menjawab, menjelaskan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian-kejadian
tersebut. Asbab an-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dipakai unuk
memberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan
memberikan konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu
bahan-bahan sejarah ini hanya melingkupi peristiwa-perisiwa pada masa
Alquran masih turun (‘ashr at-tanzii).
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Ulum Alquran, cet. ke-7, Bandung: CV Pustaka Setia, 2017.
Shaleh, Asbabun Nuzul, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004.
As- Shalih, Subhi, Mahabits Fi Ulumil Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
Imam As-Suyuthi, Asbabul Nuzul, Bandung: Qisthi Press, 2009.
Abdullah, Ulumul Quran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
0 comments:
Post a Comment