Get me outta here!

Monday, January 6, 2020

MAKALAH NUZUL QUR'AN - LENGKAP

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang 
Dalam mempelajari ilmu Al-Quran, ada beberapa hal yang penting untuk dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana Al-Quran itu dibukukan pada masa khulafaur Rasyidin. Karena dengan mengetahui bagaimana prsoes pengumpulan Al-Quran kita dapat mengerti bagaimana usaha-usaha para sahabat untuk tetap memelihara Al-Quran.Allah menurunkan ayat Al-Quran disesuaikan dengan kondisi zaman. Asbabun Nuzul dianggap sangat penting oleh para ulama karena dapat memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan menghilangkan keraguan dalam menafsirkannya.
Mempelajari Al-Quran adalah kewajiban. Ada beberapa prinsip dasar untuk memahaminya, khusus dari segi hubungan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan. Atau dengan kata lain, mengenai “memahami Al-Quran dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Dan alangkah baiknya sebelum mempelajari lebih dalam ilmu-ilmu yang terkandung didalam Al-Quran, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana sejarah dan awal mula Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan bagaimana manusia mampu menerjemahkan hikmah-hikmah turunnya Al-Quran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nuzul Al-Quran?
2. Bagaimana proses nuzul Al-Quran (munajjjaman) dan hikmahnya?
3. Pengulangan (tikrar) turunnya sebagai ayat Al-Quran?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nuzul Al-Quran
Ungkapan asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”. Asbab,jamak dari sebab yang berarti sebab atau latar belakang. Sedangkan nuzul merupakan bentuk masdar dari anzala yang berarti turun. Secara etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.Pengertian asbab an-nuzul secara istilah adalah sesuatu yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat, yang mencakup suatu permasalahan dan menerangkan suatu hukum pada saat terjadi peristiwa-peristiwa.Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, diantarnya:

1. Az-Zarqani :
Asbab al-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Quran sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
2. Ash-Shabuni :
Asbab al-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3. Shubhi Shalih :
Asbab al-Nuzul adlah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat Al-Quran, (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi. 
4. Mana’ Al-Qhatan :
Asbab al-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Quran berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.

Setelah dikaji,sebab turunnya suatu ayat itu berikisar pada dua hal:
a) Jika terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur‟an mengenai peristiwa itu.
b) Bila Rasulullah S.A.W ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah Al-Qur‟an menerangkan hukumnya.

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Quran sangat beragam, diantarany berupa : Konfli sosial seperti ketegangan yang terejadi antara suku Aus dan suku Khazraj; Kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keaadaan mabuk.Dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah semua ayat Al-Quran memiliki Asbab al-Nuzul telah menjadi kontroversi dikalangan para ulama. Sebagian para ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Quran memiliki Asbab al-Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan ada pula ayat Al-Quran itu diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh sesuatu, baik peristiwa maupun pertanyaan yang diajukan kepada Nabi (ghair ibtida’).
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang mengatakan bahwa kesejaran Arabia pra-Quran pada masa turunnya Al-Quran merupakan latar belakang makro Al-Quran; sementara riwayat-riwayat Asbab al-Nuzul merupakan latar belakang mikronya. 

Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Quran memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.

B. Proses Nuzul Al-Quran 
1. Tahapan Penurunan Alquran
Di dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an disebutkan bahwa turunnya Al-Qur`an yang pertama kali pada malam lailatul qadr merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malakat-malaikat. Sedangkan turunnya Al-Qur`an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab yang turun sebelumnya, sangat mengagetkan orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah ilahi yang ada di balik itu.
a) Turunnya Alquran sekaligus
Allah Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia, yang artinya:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qu`ran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 185).

Dan firman-Nya, yang artinya: 
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (Q.S Al-Qadr [97 :1).Dan firman-Nya pula, yang artinya: 
“Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata.” (Q.S. Ad-Dukhan [44] : 3).
Ketiga ayat di atas itu tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam lailatul qadr dalam bulan Ramadhan. Tetapi lahir (zahir) ayat-ayat itu bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah saw., di mana Al-Qur`an turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini, para ulama mempunyai dua mazhab pokok:
1) Mazhab pertama, dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur` yaitu pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya ulama. Yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur`an dalam ketiga ayat di atas ialah turunnya Al-Qur`an sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al-Qur`an diturunkan kepada Rasul kita Muhammad saw. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak ia diutus sampai wafatnya. Firman Allah, yang artinya : “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra [17] : 106).
2) Mazhab kedua, dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an yang diriwayatkan oleh Asy-Sya’bi bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur`an dalam ketiga ayat di atas ialah permulaan turunnya Al-Qur`an kepada Rasulullah saw. Permulaan turunnya Al-Qur`an itu dimulai pada malam lailatul qadr di bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi. 
      Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. 
Dengan demikian, Al-Qur`an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada Rasulullah saw., sebab yang demikian inilah yang dinyatakan oleh Al-Qur`an, artinya : “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra [17] : 16).
   Para penyelidik dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur`an  menjelaskan bahwa Rasulullah saw. pada mulanya diberi tahu dengan mimpi pada bulan kelahirannya, yaitu bulan Rabi’ul Awwal. Pemberitahuan dengan mimpi itu lamanya enam bulan. Kemudian ia diberi wahyu dalam keadaan sadar pada bulan Ramadhan dengan Iqra`. Dengan demikian, maka nas-nas yang terdahulu itu menunjukkan kepada satu pengertian. 
3) Mazhab ketiga, berpendapat bahwa Al-Qur`an diturunkan ke langit dunia selama dua puluh tiga malam lailatul qadr, yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadr itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia di malam lailatul qadr, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah saw. sepanjang tahun. Mazhab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir. Pendapat ini tidak mempunyai dalil.
Dengan demikian, secara spesifik Al-Qur`anul Karim itu dua kali diturunkan:
Pertama: diturunkan secara sekaligus pada malam lailatul qadr ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. 
Kedua: diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.

b) Turunnya Alquran secara bertahap
      Al-Qur`an diturunkan secara bertahap ini dijelaskan di dalam banyak buku, diantaranya seperti yang terdapat di dalam buku Studi Ilmu-Ilmu Qur`an . Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,Dengan bahasa Arab yang jelas. (Asy-Syuara: 192-195).
      Ayat di atas menyatakan bahwa Al-Qur`anul Karim adalah kalam Allah dengan lafalnya yang berbahasa Arab; dan bahwa Jibril telah menurunkannya ke dalam hati Rasulullah saw.; dan bahwa turunnya ini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia. Tetapi yang dimaksudkan adalah turunnya Al-Qur`an secara bertahap. Ungkapan untuk arti menurunkan dalam ayat di atas menggunakan kata tanzīl bukannya inzāl. Ini menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan berangsur-angsur. Ulama bahasa membedakan antara inzāl dengan tanzīl. Tanzīl berarti turun secara berangsur-angsur sedangkan inzāl hanya menunjukkan turun atau menurunkan dalam arti umum.
Al-Qur`an turun secara berangsur selama dua puluh tiga tahun: tiga belas tahun di Mekkah menurut pendapat yang kuat, dan sepuluh tahun di Madinah. Penjelasan tentang turunnya secara bernagsur-angsur itu terdapat dalam firman Allah, yang artinya : “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra [17] :106). 
       Maksudnya: Kami telah menjadikan turunnya Al-Qur`an itu secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan dan teliti dan Kami menurunkannya bagian demi bagian sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian.
       Menurut buku Studi Ilmu-Ilmu Qur` Adapun kitab-kitab samawi yang lain, seperti Taurat, Injil, dan Zabur, turunnya sekaligus, tidak turun secara berangsur-angsur. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh firman-Nya, yang artinya : “Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Q.S. Al-Furqan [25] : 32).
Ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu turun sekaligus, dan inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama. Seandainya kitab-kitab terdahulu itu turun secara berangsur-angsur, tentulah orang-orang kafir tidak akan merasa heran terhadap Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur. 
     Penelitian terhadap hadits-hadits sahih menyatakan bahwa Al-Qur`an turun menurut keperluan, terkadang turun lima ayat, terkadang sepuluh ayat, terkadang lebih banyak dari itu atau lebih sedikit. Terdapat hadits sahih yang menjelaskan sepuluh ayat telah turun sekaligus berkenaan dengan berita bohong tentang Aisyah. Dan telah turun pula sepuluh ayat dalam permulaan Surah Mukminun secara sekaligus. 
       kemudian diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai dengan keperluan. Penerimaan wahyu Al-Qur`an ada di luar jangkauan penalaran akal manusia. Selama empat belas abad yang silam tak ada seorang Rasul yang muncul, dan memahami fenomena  
      wahyu kita semata-mata merujuk pada laporan authentic dari Nabi Muhammad saw. dan orang-orang kepercayaan yang menyaksikan kehidupan beliau.
Urutan surah-surah tersebut secara umum disusun berdasarkan panjang-pendeknya, bukan kronologinya. Salah satu alasan kenapa surah dalam Al-Qur`an tidak disusun secara kronolgis adalah karena kapan tepatnya tiap ayat diwahyukan tidak diketahui secara pasti. Di samping itu, banyak surah Al-Qur`an yang terdiri atas ayat-ayat yang diturunkan pada waktu yang berbeda sehingga penyusunan ayat Al-Qur`an secara kronolgis tidak mungkin dilakukan tanpa memecah-mecah isi surah. 

2. Hikmah Turunnya Alquran Berangsur-angsur
a. Agar lebih mudah di mengerti dan di laksanakan. Orang akan enggan melaksanakan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus. hal ini disebutkan oleh 
Buhkari riwayat Aisyah ra.
b. Di antara ayat-ayat itu ada yang  nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat di lakukan sekiranya Al Qur'an di turunkan sekaligus. (Ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).
c. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.
d. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al Qur'an tidak di turunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an surat (25) Al Furqaan ayat 32,yaitu:
"Berkatalah orang-orang yang kafir:"Mengapa Al Qur'an tidak di turunkan kepadanya sekali turun saja?";demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." 
e. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan,sebagai dikatakan oleh Ibnu 'Abas R.A. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur'an diturunkan sekaligus.
3. Hikmah Turunnya Alquran secara bertahap
Dalam buku Sejarah Al-Qur’an  menjelaskan bahwa penurunan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. secara bertahap selama di utusnya beliau sebagai Rasul (23 tahun), memiliki banyak hikmah dan berbagai rahasia yang terdapat di dalamnya, hal ini juga telah di pertegas oleh Allah dalam firman-Nya, yang artinya: “Berkatalah orang-orang kafir: “Mengapa Al-Qur’an itu tidak di turunkan kepadanya (Muhammad) sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya”. (QS. Al-Furqan, 25:32).
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”. (QS. Al-Isra, 17:106).
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an di turunkan secara berangsur-angsur yang di dalamnya mengandung hikmah. Beberapa hikmah dan rahasia penurunan Al-Qur’an secara bertahap sebagai berikut :
Pertama: Untuk memperkuat hati dan jiwa Nabi Muhammad Saw. sebagaimana firman Allah, “supaya Kami perkuat hatimu dengannya”. Hal ini di lihat dari lima aspek, yaitu :
a) Sesungguhnya dalam penurunan wahyu secara bergani-ganti dan berulang-ulangnya turun malaikat (membawa Al-Qur’an) dari sisi Allah kepada Rasulullah Saw. terdapat kegembiraan yang memenuhi hati beliau dan suka cita yang melapangkan dadanya.
b) Sesungguhnya penurunan sebagian demi sebagian ini meripakan kemudahan dari Allah Swt. Guna menghafal dan memahami Al-Qur’an, mengetahuai ketentuan hukum dan hikmahnya.  

c) Sesungguhnya pada setiap kali penurunan yang berangsur-angsur ini terdapat mukjizat baru Nabi Saw. di mana beliau menantang para penentang dan orang-orang yang keras kepala untuk mendatangkn hlmserupa dengan Al-Qur’an ini, sehingga tampaklah kelemahan mereka dan tetaplah kebenaran Nabi Saw.
d) Sesungguhnya dalam memperkuat (hati) Nabi Sw. dan mematahkan kebatilan musuh-musuhnya yang berulang-ulang.
e) Allah Swt. menjanjikan kepada Nabi-Nya ketika pertentangan dengan musuh-musuhnya itu menyengat, dengan sesuatu yang melunakkan kekerasan itu. (2005 : 10)
Kedua: Penurunan Al-Qur’an secara berangsur-angsur berarti bertahap dalam mendidik umat islam yang senantiasa tumbuh dan berkembang:
a) Mempermudah menghafal Al-Qur’an.
b) Mempermudah dalam pemahaman Al-Qur’an.
c) Bertahap dalam pembebanan kewajiban, seperti salat dan ibadah lainnya.
d) Bertahap dalam pensucian mereka dari akidah (keyakinan) yang batil, seperti syirik (menyekutukan Allah).
e) Bertahap dalam pensucian mereka dari adat istiadat kebiasaan jelek, yang telah melekat pada jiwa mereka.
f) Bertahap dalam mendidik mereka dengan adat kebiasaan yang terpuji dan mulia.
g) Memperkuat hati rang-orang mukmin dan mempersenjatainya dengan keteguhan, kesabaran dan keyakinan. (2005 : 12-13).
Ketiga: Mengikuti peristiwa dan perkembangan dalam pembaharuan dan perceraiannya.
a) Menjawab pertanyaan yang mereka (manusia) ajukan kepada Rasulullah Saw. 

b) Mengantisipasi masalah dan peristiwa-peristiwa pada masanya, sebagai penjelasan hukum Allah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi.
c) Adanya keraguan yang merasuki dada orang-orang musyrik.
d) Memalingkan penglihatan kaum muslim dari kesalahan mereka dan mengemblikannya kepada kebenaran.
e) Menyingkap keadan orang-orang munafik dan mengoyak abir rahasia merek bagi Nabi Saw. danorang-orang muslim.
4. Hikmah penurunan Al-Qur’an secara bertahap sebagai berikut :
Pertama: mengukuhkan dan menenangkan hati dan pikiran Nabi Saw. ketika menolak atau membantah orang-orang Musyrik atau Yahudi. 
a) Pengukuh dan penguat hati Nabi Muhammad Saw pembangkit semangatnya dan penghibur baginya.
b) Ayat turun kepadanya sebagai penghibur baginya, yang terkadang ayat tersebut melarangnya untuk bersedih hati dan berduka cita.
c) Memudahkan penghapalan dan pemahamannya bagi Nabi Muhammad Saw.
Kedua : berangsur-angsur dalam mendidik umat, baik agama, akhlak, social kemasyarakatan, akidah, ilmu, maupun perbuatan. 
a) Bertahap atau berangsur-angsur dalam melepskn akidah yang rusak, kebiasaan dan kemunkaran yang dapat menghncurkan atau terkutuk.
b) Bertahap dalam menetapkan akidah atau keyakinan yang benar, aturan peribdahan, mlih, tata krama, dan akhlak terpuji.
c) Memudahkan penghapalan dan pemahaman bagi umat. 
d) Menguatkan hati orang-orang mukmin dan membiasakan mereka untuk bias menceritakan tentang kisah Nabi-nabi terdahulu dari masa ke masa, serta mengingatkan mereka bahwa pertolongan di sertai dengn keteguhn dan kesabaran. 

Ketiga: berkesusaian dengan berbagai kejadian, situasi, dan kondisi, yang diisyratkan oleh firman-Nya, yang artinya:“Tidakkah orang-orang kafir itu datang kepadmu (membawa) sesuau yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya (QS. Al-Furqan: 33)”.
Hikmah yang ketiga ini, mencakup:
a) Penjelasan aturan Allah Swt. dalam ketetapan-ketetapan (al-aqdhiyah) dan kejadian-kejadian (al-waqa’i) di antara kaum muslimin.
b) Sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang di lonarkan kepada Nabi Muhammad, baik berupa pertanyaan untuk mengukuhkan dan menguatkan misinya maupun berupa permohonan peunjuk dan keingintahuan terhadap sesuatu.
c) Merupakan teguran bagi kaum muslimin terhadap kesalahan dan kekhilafan mereka serta merupakan peringatan terhadap kebiasaan-kebiasaan dan keterperosokan dalam perbuatan salah.Peringatan bagi orang-orang muslim terhadap orang-orang munafik dan pengungkapan kejelekan jiwa mereka.  

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asbab An-Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat Alquran. Ayat tersebut dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut. Asbab an-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dipakai unuk memberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan memberikan konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini hanya melingkupi peristiwa-perisiwa pada masa Alquran masih turun (‘ashr at-tanzii).

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, Ulum Alquran, cet. ke-7, Bandung: CV Pustaka Setia, 2017.
Shaleh, Asbabun Nuzul, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004.
As- Shalih, Subhi, Mahabits Fi Ulumil Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
Imam As-Suyuthi, Asbabul Nuzul, Bandung: Qisthi Press, 2009.
Abdullah, Ulumul Quran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

0 comments:

Post a Comment