Get me outta here!

Monday, May 8, 2017

MAKALAH TENTANG : HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT

A. Pendahuluan  
        Salah satu dari subyek penting pembahasan dalam ranah teologi dan filsafat agama adalah analisa dan observasi tentang bahasa agama serta mekanisme pemahaman dan penguraian agama Pembahasan yang berhubungan dengan hal tersebut, dengan menimbang perjalanan perubahannya dari zaman Yunani kuno hingga sekarang ini dimana mengalami perubahan-perubahan yang cukup kompleks, hadirnya analisa analisa yang semakin membuahkan pertentangan dan perbedaan serta terungkapnya pertanyaan-pertanyaan yang cukup rumit dan akurat, seperti Apakah bahasa agama bermakna atau tidak bermakna? Apakah bahasa agama dapat ditetapkan, dibatalkan dan ditegaskan dengan tolok ukur ilmiah dan empirik ataukah tidak? Apa hubungannya dengan bahasa ilmiah, akhlak, filsafat dan seni? Apakah bahasa agama mempunyai satu dimensi atau memiliki dimensi-dimensi yang beragam? Apakah bahasa agama hanya mengulas alam realitas ataukah memberi motivasi dan menarik hati? Bagaimana dapat memahami bahasa agama dan mengantarkan kepada hakikat dan substansi agama?
       Berhubungan dengan persoalan-persoalan tersebut di atas, terdapat pertanyaan-pertanyaan klasik dalam ilmu kalam (teologi) tentang ketuhanan, bagaimana memahami dan menganalisa makna yang homonim antara Tuhan dengan manusia atau yang dinisbahkan terhadap maujud-maujud materi. Apakah sifat-sifat ini mempunyai makna umum dimana makna manusia diperoleh karena dipredikasikan kepada Tuhan? Ataukah mempunyai makna yang lain? Pertanyaan ini awalnya ditujukan kepada sifat-sifat ketuhanan, tetapi selanjutnya berkembang meliputi seluruh pernyataan-pernyataan keagamaan sehingga menghadirkan kerisauan dan problematika baru; sebagaimana yang disyaratkan, pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah proposisi-proposisi dan keyakinan-keyakinan agama mempunyai makna ataukah sama sekali tidak bermakna? Mempunyai makna yang dapat dipahami ataukah tidak dapat dipahami? Memiliki makna simbolis ataukah makna aplikatif dan berdimensi pada pengungkapan perasaan? Dan banyak lagi bentuk pertanyaan-pertanyaan lain seperti di atas yang membutuhkan jawaban-jawaban yang serius dan memuaskan.


        Adapun faktor-faktor yang menjadikan bahasa agama menjadi urgen dibahas oleh para teolog dan filosof (muslim dan non-muslim) adalah sebagai berikut:
1.Pentingnya menyingkap makna dan pengertian proposisi-proposisi keagamaan dan ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan;
2. Menganalisa sifat-sifat berita (al-khabariyyah) (seperti tangan, wajah, dan?) untuk menjauhi dimensi keserupaan, kematerian dan menghindar dari “kematian” rasionalisasi agama;
3. Menyingkap makna dari sifat-sifat yang sama antara manusia dan Tuhan, seperti ilmu, kodrat, iradah dan?;
4. Kontradiksi antara ilmu dan agama (menurut sebagian pemikir dan ilmuwan agama), dan untuk memecahkan masalah kontradiksi tersebut dihadirkan bahasa agama,
5.Menganalisa dan mengobservasi keyakinan-keyakinan dan proposisiproposisi keagamaan dengan tujuan memecahkan problematika perselisihan internal agama;
6.Munculnya aliran-aliran khusus filsafat, seperti positivisme, positivisme logikal dan filsafat analitik.

B. Pengertian Ilmu Kalam dan Filsafat
Ilmu Kalam

      Ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin ada padanya dan membicarakan tentang Rasul-rasul Tuhan untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya. Ada yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan (agama Islam) dangan bukti-bukti yang yakin.
       Ibnu Khaldun mengatakan, ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan iman dengan menggunakan dalil-dali pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaankepercayaan aliran golongan salafdan ahli sunnah."
       Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan bygaimana menetapkan kepercayaan - kepercayaan keaagamaan dengan bukti yang meyakinkan. Di dalam ilmu ini dibahas tentang car ma'rifat (mengetahui secara mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para Rasul-Nya dengan menggunakan dalil-dalil yang pastiguna mencapai kebahagiaan tentang hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu agama yang paling utama. Bahkan paling mulia, karena berkaitan dengan Zat Allah, Zat para Rasul-Nya
         Mempelajari ilmu kalam dapat menambah kuatnya eksistensi ketauhidan seseorang baik untuk pribadi maupun sebagai refrentif bagi perongrong agama, karena dalan kajian ilmu ini seseorang di ajari berfikir positif dan mengambil natijah dari faktor-faktor dari pencapaian kebenaran. Para mutakallimin melihat kebenaran bersifat hirarkis yang dapat dijelajahi ilmu kalam seperti:
a. Tingkatan kebenaran indra yaitu tingkat yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia, Indra adalah gerbang kesadaran manusia.
b. Tingkat ilmiyah yaitu pengalaman yang didasarkan disamping melalui indra diolah pula menjadi rasio,
c. Tingkat filosofis, kedua tingkat di dahului sebagai tahap pendahuluan, Rasio berfikir murni renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tingginilainya.
d. Tingkat religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan di hayati dengan seluruh kepribadian dengan iman dan kерегcayaannya.

2. Filsafat Kata filsafat berasal dari kata "philo" yang berarti cinta, dan kata "sophos" yang berarti ilmu atau hikmah. Dalam hubungan ini, Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman - pengalaman manusia

C. Hubungan Ilmu Kakan han kilsafat

       Ilmu kalam dan filsafat mempunyai kemiripan obyek kajian. Obyek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan, sedangkan obyek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusiar, dan segala sesuatu yang ada
       Baik Ilmu Kalam maupun filsafat berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas jangkauannya, atau tentang Tuhan.

Titik Perbedaan
         Perbedaan di antara kedua ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika. disamping argumentasi-argumentsi naqliah, berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika atau dikenal dengan istilah dialog keagamaan.
       Sementara itu filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan atau mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual clarity).
Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika, maka dalam filsafat dikenal apa yang disebut kebenaran korespondensi. Dalam pandangan korespondensi, kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan fakta dan data itu sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, kebenaran adalah persesuaian antara apa yang ada dalam rasio dengan kenyataan yang sebenarnya dialam nyata.
      Disamping kebenaran korespondensi, didalam filsafat juga dikenal kebenaran koherensi. Dalam pandangan koherensi, kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pertimbangan baru dan suatu pertimbangan yang telah diakui kebenarannya secara umum dan permanent. Jadi kebenaran dianggap tidak benar kalau tidak sesuai dengan kebenaran yang dianggap benar oleh ulama umum.
       Disamping dua macam kebenaran diatas, didalam filsafat dikenal juga dengan kebenaran pragmatik. Dalam pandangan pragmatisme, kebenaran adalah sesuatu yang bermanfaat (utility) dan mungkin dapat dikerjakan (workability) dengan dampak yang memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak benar kalau tidak tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk dikerjakan.
       Di dalam pertumbuhannya ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat itu sendiri. Sains berkembang menjadi sains kealaman, sosial, dan humaniora, sedangkan filsafat berkembang lagi menjadi filsafat klasik, pertengahan, dan filsafat modern.
        Dilihat dari aspek aksiologi (manfaatnya), teologi berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal Tuhan secara rasional. Adapun filsafat berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara meyakinkan melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya langsung. Dengan cara ini, orang yang telah mempunyai rasio sangat prima diharapkan dapat mengenal Tuhan secara meyakinkan melalui rasionya.

D.Polemik Antara Kalam dan Teologi
         Kaum filsafat menyatakan bahwa keberadaan alam adalah kekal, qodim atau abadi dalam arti tidak ada awalan. Pendapat ini dipelopori oleh Ibnu Sina dan Al-Farobi yang oleh ahli kalam atau ahli teologi Islam tidak dapat diterima. Sebab menurut konsep teologi Islam, Tuhan adalah pencipta. Yang dimaksud dengan pencipta adalah yang menciptakan sesuatu dari yang tiada menjadi ada. Kalau alam dikatakan qodim atau tidak bermula, berarti alam bukanlah diciptakan dan dengan demikian Tuhan bukanlah pencipta. Sedangkan dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Tuhan adalah pencipta segala sesuatu. Seperti yang dikatakan oleh Imam Ghozali, tidak ada umatislam yang menganut bahwa alam ini tidak bermula, alam haruslah bermula. Jadi paham adanya godim selain dari Tuhan bisa membawa kepada
1. Banyaknya yang godim, banyaknya Tuhan, yaitu paham syirik. Sedangkan syirikadalah dosa besar yang dosanya tidak bisa diampuni oleh Allah.
2. Paham ateisme alam yang qodim tidak perlu pada pencipta. Jelaslah bahwa kedua paham ini bertentangan dengan ajaran dasar dan mutlak dalam ajaran Islam.
        Tentang Islam tuhan, golongan filosof berpendirian bahwa Tuhan tidak mengetahui hal-hal dan peristiwa-peristiwa kecil kecuali denga cara yang umum. Pengetahuan universal tidaklah tunduk, seperti pengtahuan partikular, kepada pembatasan-pembatasan ruang dan waktu. Karena itu tuhan mengetahui sesuatu peristiwa sebelum atau sesudah kejadiannya secara serentak. Karena ia mengetahui secara apriori rangkaian sebab-sebab dari mana ia akhirnya akan berhenti. Menurut para filosof dengan pemahaman bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu secara umum adalah bahwa ilmu yang juga adalah Zat-Nya bersifat kekal, tetap dan tidak berubah dengan perubahan yang terjadi pada obyek-obyek dua Tuhan yang dapat merongrong ke-Esaan-Nya. Ilmu ketuhanan adalah suatu tambahan atau pertalian dengan zat artinya selain dengan zat kalau terjadi perubahan dalam tambahan atau sifat tambahan tersebut, zat Tuhan tetap dalam keadaannya.
        Permulaan penggunaan ilmu kalam dan takallum dalam sejarah ArabIslam, dikaitkan dengan Syahrastani sebagaimana dilakukan Abu Hasan alAsy'ari sebelumnya, dengan kitabnya yang berjudul "Dhuhur Al-Kilaf. Setelah mengutip tema-tema pokok yang menimbulkan perbedaan pendapat pada masa Nabi dan Khulafa'ur Rasyidin, tampaknya perbedaan itu bersifat rasional yang tidak ada pada masa setelahnya dan berakhir pada masa Ali bin Abu Tholib. Perbedaan pendapat setelah wafatnya Nabi Muhammad berkisar pada dua hal; pertama, berkaitan dengan amanah dan yang kedua, berkaitan dengan masalah dasar-dasar agama. Sementara perbedaan pendapat dalam masalah imamah, merupakan perbedaan yang paling besar dikalangan umat tislam. Perbedaan ini minimal dua ada kelompok: pertama yang mengatakan persoalan imamah merupakan persoalan yang di rujukkan dengan kesepakatan bersama dan bersifat ikhtiari. Pendapat ini di kemukakan oleh ahli sunnah. Dan yang kedua, berpendapat bahwa masalah imamah merupakan masalah yang di tentukan oleh mash dan bersifat penunjukan. Pendapat ini dikemukakan oleh kelompok syi'ah. Berkaitan dengan perbedaan pendapat dalam masalah dasar-dasar agama, Syahrastani membatasi sejarah perkembangannya pada “akhir masa sahabat". 
         Dan di kaitkan dengan munculnya bid'ah yang di prakarsai oleh Ma'bad al Juhaini, Ghalian al Dhimasyqi dan Yunus al Aswari dalam masalah Qodar, "Kemampuan manusia untuk mengekspresikan atau menciptakan perbuatan baik atau buruk dan penetapan tanggung jawab dari perbuatannya", ini sebagai ganti dari penyadaran baik dan buruk pada godo dan qodarsetelah meringkas perbedaan pendapat pada Wasil bin Atho' dan Umar bin Ubaid yang menjadikan sikap Irial sebagai mazhab. Kemudian setelah itu tokoh mu'tazilah mempelajari buku-buk filsafat pada masa Al-Makmun Sementara itu, metode filsafat mengalami percampuran dengan metode ilmu kalam. Kemudian memilah dan memilih ilmu sebagai kalam.
         Dari uraian datas dapat disimpulkan bahwa pemulaan kalam dan filsafat bertolak pada sejarah perbedaan. Kemunculan ahli kalam waktu itu masih di sebut intelektual, tidak mungkin secara sempurna kecuali terkait dengan munculnya perbedaan. Setelah munculnya jadi jelas definitif, perbincangan ilmu kalam mulai mengambil bentuk metode dan kerangka mazhab Maka statmen-statmen pemikiran mulai matang dan akhirnya meningkat pada pengetahuan artinya dapat diterima adanya babak dari susunan yang sistematis.
Titik Temu Antara ilmu Kalam dan Filsafat Islam Dari uraian diatas kita dapat mengetahui secara garis besar bahwa filsafat Islam bertujuan untuk mempertemukan antara filsafat dan agama. Hal ini dapat kita lihat pada setiap langkahnya, akan tetapi timbul pertanyaan bagaimana agama sebagai wahyu Tuhan, sebagai bahasa langit, sebagai santapan hati, dan sebagai sumber perintah-perintah dan larangan-larangan bisa bertemu dengan filsafat sebagai ciptaan manusia dan sebagai bahasa bumi yang masih bisa dibahas dan di persoalkan? Bagaimana kebenaran yang di dasarkan oleh ilham dan wahyu bisa di persatukan dengan kebenaran filsafat yang didasarkan dengan alasan fikiran? Bagaimana dengan dalil sam'i bisa di gabungkan dengan dalil aqli?
         Untuk menjawab pertanyaan didatas. bisa dijawab dengan tidak lebih dari tiga jawaban, yaitu pertama, memegang teguh agama dan menolak filsafat. Ini adalah pendirian orang beragama dan tidak berfilsafat. Yang kedua, kebalikan dari yang pertama, yaitu memegang teguh filsafat dan menolak agama. Dan inilah pendirian orang yang berfilsafat dengan tidak mengindahkan aqidah-aqidah agama. Dan yang ketiga, mengusahakan pemaduan antara filsafat dan agama dengan menggunakan cara tertentu, dan cara inilah yang di tempuh oleh seorang filosof yang mu'min atau seorang filosofyang seharusnya memperhatikan aqidah-aqidah agama. Bagi orang yang memahami semangat Islam yang mengajarkan pengambilanjalan tengah dan mempelajari ilmu-ilmu keislaman, maka ia akan mengetahui bahwa semangat pemaduan adalah merupakan salah satu aliranliran yang berbeda dan berlawanan, tentu timbul aliran penengahnya. Seperti yang dibuktikan oleh sejarah
        Aliran Asy'ariah dalam ilmu kalam yang bisa dikatakan yang bisa menguasai dunia Islam sampai sekarang ini tidak lain adalah aliran tengahtengah filsafat yang memegangi bunyi nash tanpa mengemukakan penafsiran rasional dengan aliran mu’tazilah yang membebaskan sepenuhnya dalam memahaminash-nash dan penafsirannya” Dalam lapangan hukum Islam kita mendapati mazhab syafi'i yang menjadi mazhab penengah antar mazhab Maliki dan mazhab Hanafi yang mendasarkan pada pikiran dan jihad Kalau demikian corak pemikiran kaum muslimin pada berbagai bidang pemikiran-pemikiran pada umumnya, maka terlebih lagi filosof-filosof Islam berusaha untuk mempertemukan agama dengan filsafat yang di percayai kebenarannya dan didasarkan dengan ketentuan-ketentuan dalil pikiran yang sama rata.
E. Penutup
       Filsafat Islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia islam untuk menjawab tatangan zaman, yang meliputi Allah, alam semesta, wahyu dan akal serta agama. Sedangkan ilmu kalam adalah ilmu yang membahas firman-firman Allah sebagai sumber pokok beragama
       Namun demikian, dalam perkembangan ilmu-ilmu keislaman antara lain keduanya dapat di bedakan. Filsafat Islam mengandalikan akal dalam mengkaji obyeknya yaitu: Allah, alam dan manusia tanpa terikat dengan pendapat yang ada Pemikiran-pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relatif Sebaliknya, ilmu kalam mengambil dari aqidah yang tertera dalam wahyu yang mutlag kebenarannya untuk mengkaji obyeknya, Allah dan sifat-sifat serta hubungan Allah dengan alam dan manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci menjadikan filsafat sebagai alat untuk membenarkan nash agama.
      Polemik antara kalam dan filsafat Islam pada intinya terletak pada dasar cara pandang mereka diantaranya ilmu kalam. Dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasan bagi ilmu kalam berdasarkan pada Allah dan sifatsifatnya serta hubungannya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syari’atnya. Obyek filsafat dalam alam dan manusia serta pemikiran Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. tetapi ada juga yang menginginkan mengingkari adanya wujud Allah sebagai aliran-aliran materialisme.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Toumy al-Syaibani, Omar Mohammad Falsafat Pendidikan Islam, (terj.)
      Hasan Langgulung dari judul asli Falsafat al-Tarbiyah alIslamiyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, cet. I,
Asy'arie Musa. Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir, Yogyakarta: LESFI, 2002.
Hanafi, Ahmad, Theologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Leaman Olver. Pengantar Filsafat Islam, Jakarta Rajawali Pers, 1989.
Nasir Salihun A. Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1996.
Noisyam, Moh. Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasionalis, 1986.
Rozak, Abdul dan Rosihan Anwar. Ilmu Kalam, Bandung : Pustaka Setia, 2007.



Untuk Melihat Kumpulan Makalah  Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Kisah Inspiratif Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Tips Kesehatan Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Humor Sufi Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Cerpen Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan About Islam Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Cerita Lucu Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Wanita Dan Cinta Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Keluargaku Lophe-lophe Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan News Anda Bisa Klik Disini 

0 comments:

Post a Comment