Get me outta here!

Monday, January 6, 2020

MAKALAH EPISTIMOLOGI - MAKALAH AIDA

BAB I 
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
       Diakhir abad ke-16 Rene Descartes menjadi toko pionir dalam lahirnya aliran rasionalisme. Rasionalisme memandang budi atau rasio sebagai sumber dan pangkal dari segala pengertian dan pengetahuan. Dari budilah yang memegang tampuk pimpinan dalam segala bentuk” mengerti”. Aliran rasionalisme berpendapat bahwa manusia sejak lahir telah dikaruniai idea oleh Tuhan yang dinamakan idea innatae ( ide bawaan).
         Sebenarnya aliran yang pertama adalah aliran empirisme, aliran empirisme dotokohi oleh ilmuan abad ke-13 Francis Bacon. Aliran ini mengatakan bahwa bukanlah budi yang menjadi sumber dan tangkal pengetahuan, melainkan idea atau pengalaman. Aliran ini memandang bahwa filsafat tidak ada gunanya bagi hidup. Sedangkan yang berguna adalah ilmu yang diperoleh melalui indera, dan pengetahuan inilah yang pasti benar. Kaum empirisme mengatakan bahwa ketika lahir jiwa manusia putih bersih tidak ada bekal dari siapapun.
         Disamping aliran empirisme dan rasionalisme masih ada aliran yang lainnya yaitu intiusionisme. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diprediksi namun bagi Maslom intuisi merupakan pengalaman puncak. Intuisi inilah yang menjadi pengetahuan mistik. 
Aliran yang selanjutnya adalah positivisme. Aliran ini digawangi oleh ilmuan Aguste Comte, aliran inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmu pengetahuan. Positivisme merupakan suatu ajaran yang membatasi pengetahuan terhadap fakta dan pengalaman, dan menolak memulai spekulasi terhadap sifat-sifat pokok suatu benda. 
         Dengan kata lain, suatu paham yang menyatakan bahwa spekulasi harus diganti dengan pengujian dan pengalaman sistematis.
Manusia adalah mahkluk berpikir, berpikir adalah bertanya, bertanya adalah mencari jawaban, dan mencari jawaban adalah mencari kebenaran tetang suatu hal. Mencari jawaban tentang bagaimana pengetahuan mistik diperoleh? Objek Empiris dapat diketahui oleh sain, objek abstrak rasional dapat diketahui oleh filsafat, sisanya yaitu yang abstrak suprarasional/ natural diketahui dengan apa? Jawabannya yaitu dengan mistik.
         Manusia ingin tahu. Ia ingin tahu apa rasa tebu, kemudian dicicipi dan tahulah tebu rasanya manis. Ini adalah pengetahuan empiris dan inilah pengetahuan sain.Manusia ingin tahu, mengapa air tebu rasanya manis. Ia berpikir dan berfilsafat dalam artian sebagai aktivitas berpikir murni atau suatu kegiatan ( akal manusia) dalam usaha untuk mengerti secara mendalam segala sesuatunya. Dari hasil berpikirnya tersebut ia temukan bahwa yang membuat tebu selalu manis adalah Tuhan. Ini masih pengetahuan filsafat. Manusia juga ada yang ingin tahu Tuhan itu siapa dan seperti apa. Ini adalah objek abstrak suprarasional. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah pengetahuan mitstik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari epistimologi dan mistik?
2. Apa saja objek pengetahuan mistik?
3. Bagaimana cara memperoleh pengetahuan mistik?
4. Bagaimana ukuran kebenaran mutlak?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat menjelaskan defenisi dari epistimologi dan mistik.
2. Dapat menyebutkan apa saja objek yang dikaji dalam pengetahuan mistik.
3. Dapat mengetahui cara memperoleh pengetahuan mistik.
4. Dapat mengetahui ukuran kebenaran yang mutlak

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistimologi dan Mistik
       Epistimologi atau teori pengetahuan adalah analisis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Epistimologi adalah ilmu yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakekat pengetahuan, persoalan lain yang dikaji dalam epistimologi diantaranya yaitu asal usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan pengetahuan dengan keniscayaan, dan hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran.  
Dalam kamus besar bahasa indonesia mistik mempunyai arti yaitu subsistem yang ada dihampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan, tasawuf dan suluk serta hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa. 
Menurut asal katanya mistik berasal dari bahasa yunani mystikos yang artinya rahasia atau geheim, serba rahasia atau geheim zinning, tersembunyi atau verborgen, gelap atau dongker, atau terselubung dalam kekelaman atau in het duister gehuld. Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini pengertian yang umum. Adapun pengertian mistik yang diperoleh melalui meditasi atau spritual, bebas dari ketergantungan indera dan rasio.  
      Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Didalam islam, yang termasuk pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang diperoleh melalui jalan tasawuf atau pengetahuan mistik yang memang tidak diperoleh melalui indera atau jalan rasio. Pengetahuan mistik juga dapat disebut pengetahuan yang supprarasional tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris. 
Pengetahuan mistik juga sering disebut dengan pengetahuan metafisika yang artinya cabang filsafat yang membicarakan “hal-hal yang berada dibelakang gejala-gejala yang nyata”. Metafisika itu sendiri berasal dari kata “meta” dan “fisika”. Meta berarti “sesudah”, “selain”, atau” balik”. Fisika yang berarti “nyata”, atau “alam fisik”. Dengan kata lain bisa disebut juga “sesudah”, dibalik yang nyata”. 
Menurut Asmoro Achmadi metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan sesuatu yang bersifat “keluar biasaan” (beond nature) yang berada diluar pengalaman manusia (immediate exprience). Menurut ahmadi, metafisika mengkaji sesuatu yang berada diluar hal-hal yang berlaku pada umumnya (keluar biasaan), atau hal-hal yang tidak dialami, serta hal-hal yang berada diluar kebiasaan atau diluar pengalaman manusia. 
    Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham mistik atau mistisme, merupakan yang memberikan ajaran yang serba mistis (ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya, tersembunyi,gelap, atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui, atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali bagi penganutnya.
     Pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang diperoleh tidak melalui indera dan bukan melalui rasio. Pengetahuan ini diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa. Kalau indera dan rasio adalah alat mengetahui yang dimiliki manusia, maka rasa atau hati juga adalah alat mengetahui. Manusia laksana radio penerima. Siaran empirisme ia terima dan dipahami dengan menggunakan alat indera, siaran yang  tidak empiris tetapi rasional, ia terima dan dipahami melalui akal rasional yang bekerja secara logis. Siaran-siaran yang amat rendah frekuensinya, sehingga bukan saja indera tidak mampu menangkapnya, akal rasional pun tidak mampu menangkapnya, hanya dapat ditangkap dengan rasa.

B. Objek Pengetahuan Mistik
       Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak suprarasional, seperti Tuhan (yang sama sekali diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa), malaikat, surga, neraka, jin, setan, dan lain-lain. Termasuk objek yang  hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek- objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio (secara logis), yaitu objek-objek supranatural (supra rasional) seperti kebal (ilmu kekebalan), debus, pelet, penggunaan jin dan santet.
Anda percaya bahwa debus benar-benar ada dan terjadi? Kata anda “percaya”. Mengertikah anda bagaimana itu terjadi? Tidak, anda tidak mengerti bila anda menggunakan rasio, sebab kekebalan itu tidak rasional. Anda dapat memehaminya melalui mistik, yaitu jalan suprarasional.




C. Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
       Bagaimana memperoleh pengetahuan mistik? Diatas sudah dikatakan bahwa mistik itu tidak diperoleh melalui indera dan tidak juga dengan akal rasional. Pengetahuan mistik diperolah melalui rasa, Immanuel Kant mengatakan itu melalui moral ada yang mengatakan melalui intution (daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari, bisikan atau gerakan hati), ada yang mengatakan melalui insight (wawasan, pengetahuan, pengertian). Alghazali mengatakan melalui dhamir, atau qalbu.
Anda ingin tau bagaimana hakekat Tuhan itu sebagian dari hakekatnya? Kata kaum sufi, anda harus menghilang sebanyak mungkin unsure nasut pada diri anda dan memperbesar unsure lahut. Unsure nasut ialah unsur jasmani, sedangkan unsure lahut adalah unsure rohani atau sifat-sifat illahiyah. 
Bila kita tidak lagi terlalu banyak dipengaruhi unsure nasut, maka unsur lahut akan berkomunikasi dengan Tuhan, yang Tuhan itu semuanya lahut.
        Kaum sufi kerapkali mengaku bahwa mereka telah menembus dunia extra dimensi, dunia transedental yang ghaib, yang eksistensinya sangat berbeda secara diamental dengan realitas alam materi. Akan tetapi pengalaman mistik tersebut seringkali diklaim sangat bersifat subjectif spekulatif, sehingga hakikat pengalaman mistik dianggap tidak memiliki basis objektif ontologisnya. Sebenarnya pengalaman mistik merupakan pengalaman real manusia, sebagaimana pengalaman ibdrawi, mental maupun rasional. Dan bahkan setiap pengalaman hidup manusia, tentu memiliki aspek subjectif dan objectif. 
Untuk menghilangkan atau mengurangi unsur nasut itu manusia harus membersihkan dari nafsu-nafsu jasmaniah. Ia harus memperkuat rohaninya. Rohaninya akan sensitive atau peka. Caranya antara lain seperti yang diajarkan oleh kaum sufi. Tharikat dalam hal ini adalah cara dalam membersihkan diri. Tharikat dalam hal ini merupakan epitimologi untuk memperoleh pengetahuan mistik.
       Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan yang disebut juga riyadhah. Dari riyadhah itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifah.
        Pengetahuan mistik yang lain, seperti ilmu kekebalan tubuh, bagaimana cara memperolehnya? Sama saja dengan diatas tadi yaitu latihan. Umumnya latihan itu adalah latihan batin. Pelet santet diperoleh juga dengan metode yang sama. Dapatlah disimpulkan sekalipun kasar bahwa epistimologi pengetahuan mistik ialah pelatihan batin.
      Dalam intuisi mistis dikenal dengan pengetahuan transcendent (sangat penting) yaitu sebuah jagat metapisis melampaui kesadaran individual, namun bisa dikomunikasikan secara langsung kepada individu, tanpa perantara personal (empiris apapun).  
          Kebenaran-kebenaran dikomunikasikan secara sukarela oleh kekuasaan yang lebih tinggi yang bicara melalui individu. Jadi individu menjadi saluran-saluran kebenaran semacam itu bisa diragukan, karena mereka mengandung arti penting adanya kontak langsung dengan jagat intisari yang tak dalam cara apapun diarih melalui proses-proses subjektif yang biasa. 
        Intuisi mistis, sebagaimana diterapkan pada anggapan-anggapan mengenai kebenaran transenden. Orang lain langsung tahu tanpa ragu sedikitpun. Namun, apa yang diketahuinya sama sekali tidak terbukti (dalam kaitan bahwa ia mencerminkan sekedar kesadaran gamblang yang tiba-tiba tentang makna inhren dalam pengalaman yang murni yang bersifat personal). 
       Penalaran dipandang sebagai pendekatan terhadap pengetahuan metafisis yang pada intinya merupakan sebuah pendekatan “rasionalis” terhadap nalar dan karenanya cukup berbeda dari apa yang kita pandang sebagai “nalar sebagai penerapan logika” yang lebih merupakan ciri sudut pandang empiric dalam filosofi yang memuat keyakinan bahwa cara terbaik untuk menemukan makna yang terbuat dalam keberadaan adalah melalui perenungan dan analisis logis. Dalam proses ini, individu membedakan hal-hal yang sudah pasti secara metafisis (yang terbukti dengan sendirinya) dengan hal-hal yang hanya mungkin saja (harus dibuktikan). Dan ia mengembangkan sebuah system keyakinan-keyakinan umum yang utuh dan tertata dengan memakai rujukan logis berdasarkan pembedaan tadi.
      Anggapan filosof-filosof metafisis bahwa kebenaran secara tidak langsung dapat diraih dan dimengerti lewat penalaran adalah anggapan yang controversial karena berbagai alasan, tapi secara umum jalur penalaran yang fundamental kan tertangkap dalam tiga gagasan berikut ini:
1. Manusia sebuah gagasan yang rasional, menemukan kebanyakan jawaban yang rasional yang tak terhindarkan lagi bersifat meyakinkan.
2. Jawaban-jawaban yang paling rasional adalah jawaban-jawaban yang paling logis dan paling tertata/koheren dalam ranah ha;-hal tersebut, umpamanya kehendak bebas, keberadaan sosok Tuhan yang personal, dan semacam itu yang sudah diketahui sebagai benar dengan dasar terbukti dengan sendirinya. 
3. Karena itu, kebenaran dapat diakseskan secara langsung melalui penalaran karena:

a. Hal-hal tertentu sudah dengan sendirinya sejak awal, dan mewakili pengetahuan imanen (adalah pengetahuan yang ada lebih dulu dari jenis pengetahuan personal apapun, dan karenanya mandiri serta lepas dari tindakan personal apapun dalam hal mengetahui) ataupun pengetahuannya tranenden.
b. Rujukan-rujukan rasional didasarkan pada keyakinan-keyakinan yang terbukti dengan sendirinya tadi, tak bisa ditawar-tawarkan lagi akan menuntun ke arah kesimpulan-kesimpulan menyeluruh tertentu yang menolak keraguan apapun.

D. Ukuran Kebenaran Mutlak
       Kebenaran sains diukur dengan rasio dan bukti empiris. Bila teori sains rasional dan ada bukti empiris, maka teori itu benar. Ukuran kebenaran pengetahuan filsafat adalah logis, berarti teori itu benar. Logis berarti masuk akal, logis dalam filsafat dapat berartirsional atau supra-natural.
       Kebenaran pengetahuan mistik diukur dengan berbagai ukuran. Bila pengetahuan mistik itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala Tuhan dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa surga neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar. Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Kepercayaan adalah anggapan atau sikap mental bahwa sesuatu itu benar, atau sesuatu yang diakui sebagai kebenaran. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh  melakukan suatu pekerjaan. Ya, kepercayaan kita itulah ukuran kebenarannya. Ada kalanya kebenaran suatu teori dalam pengetahuan mistik diukur dengan bukti empiris atau biasanya disebut dengan empirisme (aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio, dan jiwa manusia). Dalam hal ini bukti empiris itulah ukuran kebenarannya. Kebal adalah sejenis pengetahuan mistik. Kebenarannya dapat diukur dengan kenyataan empiris misalnya seseorang memperlihatkan dihadapan orang banyak bahwa ia tidak mempan ditusuk jarum. 
Satu-satunya tanda pengetahuan disebut pengetahuan (bersifat) mistik adalah kita dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang ada didakam suatu kejadian mistik. Dalam contoh kebal, kita tidak dapat menjelaskan secara rasional mengapa jarum tidak mampu menembus kulit orang kebal. Jadi, yang bersifat mistik itu ialah “mengapa” nya. Akan lebih merepotkan kita memahami suatu teori itu jika tidak memiliki bukti empiris. Sulit diterima karena secara tidak terbukti dan bukti empiris pun tidak ada.
        Dalam hal kebenaran-kebenaran yang besar dan mutlak, manusia secara epistimologi (menurut filosofi ilmu pengetahuan) tidaklah sempurna, dan karenanya tak mampu menalar keraguan yang beralasan (reasonable doubt). Sesungguhnya kebenaran-kebenaran mutlak itu tidak hanya ada, melainkan ada diatas dasar intuitif (tapi tidak nampak), mereka mutlak dan tidak meragukan lantaran mereka tidak relatif, tidak tergantung kepada “diketahui” atau “dibutuhkan” dalam ranah hal-hal lain yang sudah dialami. Dalam arti tersebut mereka “benar” bukan atas dasar pembuktian (pengalaman personal) melainkan benar karena terbukti dengan sendirinya (bukti itu sendiri terkandung dalam kebenaran itu sendiri). Gagasan-gagasan semacam itu tidak bisa dibuktikan dalam arti yang biasa, karena untuk menjadi “benar karena ada buktinya” berarti menjadi relatif, tergantung terbukti atau tidaknya. Jadi, untuk tahu lebih dhulu sebelum ada buktinya, sebagai syarat untuk menjadi bukti bagi seluruh bukti selanjutnya, adalah sesuatu yang dituntut dan tak bisa dihindari bagi segala jenis “objektivitas filosofis yang tertinggi”. 

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
      Epistimologi adalah ilmu yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio.
Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin, setan dan lain-lain.
Immanuel Kant mengatakan cara memperoleh pengetahuan mistik yaitu melalui moral, ada juga pendapatan lain yang mengatakan melalui intuition (daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari:bisikan atau gerakan hati), serta ada juga yang mengatakan melalui insight (wawasan, pengetahuan, pengertian). Al-Ghazali mengatakan melalui dhamir, atau qalbu. Bila pengetahuan mistik itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala Tuhan dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa surga neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.
Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya.

B. Saran
     Kepada seluruh pembaca diharapkan agar dapat memberikan kritik dan sarannya demi tercapainya kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya, oleh sebab itu saran dan kritik yang anda berikan sangatlah membantu penulis dalam membuat makalah yang lebih baik lagi

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Zaprulkhan. Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 2012.
Popper, Karl. R dan Alfons Taryadi. Epistimologi Pemecahan Masalah .Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1991.
Sudarsono. Ilmu Filsafat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2001.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.

0 comments:

Post a Comment