Get me outta here!

Sunday, May 26, 2019

PROPOSAL - PERAN MUSYRIFAH DALAM KEGIATAN PEMBIASAAN AKHLAK MULIA

PROPOSAL 
PERAN MUSYRIFAH DALAM KEGIATAN PEMBIASAAN AKHLAK MULIA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah
    Sebuah kebiasaan yang sudah dijalankan oleh manusia dalam jangka panjang, akan sulit untuk dirubah. Apabila kebiasaan tersebut terlaksana semenjak kecil maka di masa besarnya akan membekas kuat dan sukar untuk dihilangkan. Kebiasaan yang baik ataupun buruk di masa kecilnya, memberikan pola bentuk tingkah laku manusia pada usia dewasanya. Maka pendidikan akhlak yang terpuji melalui pembiasaan berperilaku baik ini, merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran di Ma’had Al-jamiah IAIN Padangsidimpuan. Selain mata pelajaran pokok yang harus disampaikan untuk para mahasantri Ma’had Al-jamiah IAIN Padangsidimpuan, pembiasaan juga diprioritaskan sebagai bagian tak terpisahkan dari Kegiatan Belajar Mengajar.
    Di Ma’had Al-jamiah IAIN Padangsidimpuan ini, musryifah memiliki tanggung jawab untuk menjalankan dan melancarkan proses kegiatan pembelajaran melalui pembiasaan berperilaku sesuai kaedah dan dasar-dasar ajaran agama. Sememangnya, kegiatan pembiasaan benar-benar terkait juga dengan proses kegiatan belajar mengajar di ma’had, yang mana pelaksanaannya juga sangat urgen dan tidak dapat dipisahkan.
Para mahasantri Ma’had Al-jamiah IAIN Padangsidimpuan dan kita juga hidup dengan lingkungan dan kondisi sekeliling yang tidak lepas dari keadaan lingkungan beragam, di mana berbagai macam tingkah laku dan aneka perbuatan terjadi  dan hampir menjadi pemandangan keseharian kita. Kondisi tersebut tentunya akan memberikan akibat serius bagi mahasantri, secara langsung maupun tak langsung. Akibat tersebut bisa dengan cepat memberi pengaruh kepada mahasantri ataupun pengaruh itu datang setelah beberapa bulan menyaksikan tingkah pola yang kurang sehat bagi perkembangan pemikiran dan pekerti akhlak mulia seorang anaktesrebut.
   Berdasarkan teori belajar Behavioristik, yang dikemukakan oleh Gage dan Berliner yang mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif, sehingga respon atau perilaku tertentu dibentuk menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. 
   Persoalan utama yang timbul sebenarnya bukan pada bagaimana seorang mahasantri tersebut secara mentah menerima dan meniru perbuatan dan tingkah laku yang kadang kala dianggap keliru dari sisi norma masyarakat umumnya, akan tetapi bagaimana supaya semua kejadian buruk dan tingkah laku tidak sehat di tengah masyarakatnya itu bisa menjadi ikhtibar dan memberi dampak positif terhadap daya nalar dalam mempertimbangkan pilihan terbaik untuk dirinya di masadepan.
     Seakan-akan kita memang merestui kejadian buruk dan tingkah keliru dari anggota masyarakat itu. Tetapi, kita harus menyadari bahwa latar belakang kehidupan manusia sangatlah kompleks dan berisi dengan beraneka cerita masa lalu dan beragam pemikiran anggota masyarakat juga. Ustadzah, musryifah dan Orang tua tidak bisa untuk dengan segera dan seketika merubah dan memberi gaya hidup sesuai dengan kode-kode norma ideal yang sesungguhnya. Oleh sebab itu maka dalam perbahasan ini kita diwajibkan untuk menyelenggarakan situasi dan mengkondisikan suasana keseimbangan dan neraca datar, atau kalau bisa melahirkan penilaian lebih baik dalam mengolah karakter masyarakat lingkungan mahasantri itu sendiri.
    Di satu sisi, musyrifah adalah suatu kedudukan atau jabatan.Kedudukan seorang musyrifah adalah kedudukan yang mulia, tetapi merupakan amanah yang berat yang harus dilaksanakan dengan tepat dan hati-hati.Jangan sampai mahasantri menjadi korban dari kesewenangan musyrifah dalam mendidik mahasantri. Yang menarik, kedudukan itu bukanlah perhiasan, sehingga jika ia adalah perhiasan, maka kedudukan akan menjadi sesuatu yang indah. 

B. IdentifikasiMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah- masalah sebagai berikut :
1. Pengaruh kebiasaan di masa remaja sangat besar dalam perkembangan perilaku manusia
2. Orang tua mahasantri yang tidak selalu bisa mengarahkan akhlak anaknya baik akhlak kepada Allah, kepada sesama temannya, kepada dirinya sendiri dan kepada lingkungan sekitarnya
3. Pergaulan mahasantri di luar ma’had al-jamiah dan di luar rumah yang kurang bisa dikendalikan oleh orang tua, yang akhirnya menjadi kebiasaan, apakah itu baik atau buruk
4. Waktu pergaulan di luar ma’had al-jamiah dan luar rumah yang kadang lebih banyak dari kegiatan dima’had al-jamiah\
5. Banyaknya mahasantri yang masih belum terbiasa melakukan kegiatan mulia, baik di ma’had al-jamiah dan dirumah

C. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang valid dan bersifat empiris tentang bagaimana peran ustadzah dan musyrifah dalam pelaksanaan kegiatan pembiasaan akhlak mulia di Ma’had Al-Jamiah IAIN Padangsidimpuan

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah khazanah keilmuwan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan peran Ustadzah dan Musryfah dalam pembiasaan akhlak mulia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat bermanfaat terutama dalam meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai Ustadzah dan Musryfah di ma’had al-jamiah, memberdayakan kegiatan pembiasaan akhlak mulia di ma’had al-jamiah menghadapi kondisi para mahasantri seumur remaja yang sudah tidak dapat dipisahkan dari pergaulan di tengah masyarakatnya dengan akhlak yang beraneka ragam.
b. Bagi Mahasantri
Sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembiasaan akhlak mulia yang dibimbing oleh Ustadzah dan Musryfah, serta menambah praktik kegiatan positif di ma’had al-jamiah bagi mahasantri
c. Bagi Orang tua
Membantu dalam melaksanakan peranan orang tua dalam memberi kegiatan pendidikan kebiasaan akhlak mulia terhadap anak-anaknya, terutama orang tua yang sudah sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan di luar rumah, sehingga perhatian terhadap anak-anaknya berkurang

d. Bagi Lembaga
Manfaat bagi lembaga Ma’had Al-Jamiah IAIN Pangsidimpuan, yaitu bahwa penelitian ini sangat berguna terutama sebagai bahan untuk mendukung dalam pembelajaran akhlak mulia para mahasantri.

BAB II
LANDASANTEORI

A. Peran Musyrifah 
1. Pengertian Peran Musyrifah
Menjadi seorang ustadzah yang di tugaskan untuk membimbing sebuah Asrama (Musyrifah ) merupakan pekerjaan sangat luar biasa bagi seorang ustadzah, dan untuk menjadi seorang ustadzah wali Asrama (musyrifah ) di sebuah Pondok Pesantren memang sangat berat sekali tantangannya, dan hanya orang orang yang betul-betul ingin mendidik lah yang mau melaksanakannya, butuh kesabaran yang luar biasa, butuh ketahanan mental yang luar biasa, butuh kedisiplinan yang luar biasa, pokoknya semuanya harus luar biasa.. mereka mereka yang menjadi musyrifah ( wali asrama ) di sebuah Ma’had Al-Jamiah itulah yang sebenarnya ustadzah yang luar biasa itu.Yah merekalah Ustadzah yang luar biasa itu 24 jam para mahasantri ada dibawah bimbingan mereka.

2. Tugas Pokok Musryfah 
Musyrifah mempunyai tugas membantu ustadzah  bidang asrama dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Melaksanakan program kerja musyrifah (wali asrama).
b. Mengikuti program pembinaan wali asrama dan mahasantri.
c. Memberikan pembinaan dan bimbingan kecerdasan Emosional dan Spiritual (Tarbiyah Ruhiyah) kepada mahasantri .
d. Mengontrol perkembangan kepribadian dan sikap belajar mahasantri.
e. Menerapkan disiplin di segala aspek di Ma’had al-jamiah berdasarkan peraturan dan tata tertib mahasantri yang berlaku.


3. Pengertian Pembiasaan 
      Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri; perilaku tersebut relatif menetap, umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat atau meniru saja, bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar, dan tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama.
Proses pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan di bawah bimbingan orang tua, dan ustadzah, peserta didik akan semakin terbiasa. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya, peserta didik itu kelak akan sulit untuk berubah dari kebiasaannya itu. Misalnya ia akan melakukan shalat berjamaah bila waktu shalat tiba, tidak akan berpikir panjang apakah shalat dulu atau melakukan hal lain, apakah berjamaah atau nanti saja shalat sendirian. Hal ini disebabkan karena kebiasaan itu merupakan perilaku yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, berlangsung begitu saja tanpa dipikirkan lagi.

4. Pengertian Akhlak Mulia
       Pengertian Akhlak Menurut Imam Ghozali adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan pikiran. Menurut Ibnu Maskawaih, Pengertian Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak bergantung pada pikiran.Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlaq mengungkapkan bahwa Pengertian Akhlak yaitu membiasakan kehendak.Secara Etimologi, Pengertian Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang mempunyai arti budi pekerti. Persamaan atau nama lain akhlak ini biasa disebut dengan etika atau kebiasaan.Dari pengertian akhlak diatas, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, untuk menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa disadari. 
Akhlak mempunyai dua pencerminan yang tampak dan lahir pada diri seseorang, yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Seseorang berakhlak jelek, apabila setiap harinya kebiasaan yang ditunjukkan dari dirinya adalah perbuatan  jelek dan jahat. Perbuatan dan sikap buruk itu sudah makanan dan perhiasaan sehari-harinya. Sebaliknya seseorang dikatakan berakhlak mulia, apabila setiap harinya  melakukan perbuatan kebaikan dan kemuliaan. Kebaikan dan kemuliaan itulah yang menjadi pakaian dan hiasan hidup sehari-harinya. 
       Lebih jauh lagi dikatakan bahwa akhlak itu adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang darinya akan lahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa adanya proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Apabila keadaan ini melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’ (hukum islam), disebut sebagai akhlak yang baik. Namun jIka perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik (kejelekan dan keburukan), maka dinamakan akhlak yang buruk.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
     Jenis dan banyaknya variabel sangat mempengaruhi pendekatan penelitian, namun jenis variabel juga dipengaruhi oleh jenis pendekatan. Beberapa factor yang memberi pengaruh signifikan terhadap pendekatan penelitian, yaitu tujuan penelitian, waktu dan dana yang tersedia, tersedianya subyek penelitian, dan minat peneliti. 
      Peneliti menerapkan jenis kuantitatif, yang mana pembahasannnya menggunakan analisa deskriptif sebab mengungkapkan tentang sebuah gambaran, yaitu analisis deskriptif untuk mengungkapkan peran guru pembimbing dalam kegiatan pembiasaan akhlak mulia mahasantri Ma’had Al-Jamiah IAIN Padangsidimpuan.Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang mendasar pada perhitungan angka-angka atau statistik. (Suharsimi Arikunto, 2007:213).

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Ma’had Al JamiahnIAIN Padangsidimpuan di jalan T. Rizal Nurdin, KM. 4,5, Padangsidimpuan.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasantri yang bertempat tinggal di Ma’had Al Jamiah IAIN Padangsidimpuan, sedangkan sampel penelitian adalah mahasantri yang memilki masalah dengan akhlak mulia. 

2. Teknik Sampling
a. Observasi
Peneliti melakukan penelitian langsung ke Ma’had Al Jamiah dan melakukan penelitian langsung kepada mahasantri yang memilki masalah dengan akhlak yang mulia atau mahasantri yang memilki masalah dengan tingkah laku.

DAFTAR PUSTAKA
      Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori dan Sifat Behavioristik, Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian,Jakarta: Kencana, 2011.
Musthafa al-‘Adawy, Fikih Akhlak, Jakarta: Qisthi Press, 
Rosady Ruslan, Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 2010
Untuk Melihat Kumpulan Makalah  Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Kisah Inspiratif Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Tips Kesehatan Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Humor Sufi Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Cerpen Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan About Islam Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Cerita Lucu Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Wanita Dan Cinta Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan Keluargaku Lophe-lophe Anda Bisa Klik Disini 

Untuk Melihat Kumpulan News Anda Bisa Klik Disini      

0 comments:

Post a Comment